Notifikasi
General

MBG DIY Bukan Sekadar Masak-Masak tapi Bisa Dongkrak Ekonomi Desa


Bayangkan ratusan dapur beroperasi tiap hari di DIY, bukan sekadar masak-masak buat anak stunting, tapi triliunan rupiah berputar yang bisa bikin ekonomi desa hidup. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) digulirkan pemerintah pusat sejak awal 2025, melibatkan petani lokal dan kelompok wanita tani di Sleman, Bantul, Gunungkidul, serta Kulon Progo, dengan dukungan logistik dan digitalisasi. "Jangan sampai peluang sebesar ini cuma jadi tontonan petani lokal," tegas Wakil Ketua DPRD DIY, Budi Waljiman.

Ringkasan Artikel:
  • 380 dapur MBG di DIY dengan potensi Rp2,5 triliun jadi peluang ekonomi desa.
  • Kelompok tani perlu tingkatkan produksi yang bernilai tambah dan konsisten.
  • Digitalisasi dan pemahaman soal e-commerce buka pasar lebih luas bagi petani.
  • Logistik, kemitraan, dan edukasi gizi dinilai penting untuk keberhasilan MBG.
  • MBG bisa menjadi motor ekonomi desa sekaligus jadi pilar kedaulatan pangan.

Jogja kini punya dapur raksasa yang bergerak tiap hari. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan sekadar soal stunting, tapi peluang ekonomi desa yang nyata. Ratusan dapur, triliunan rupiah berputar, dan peluang ini ada di tanah kelahiran sendiri.

Wakil Ketua DPRD DIY, Budi Waljiman, bilang peluangnya lebih besar dari sekadar kesehatan anak. Ada 380 titik dapur MBG di DIY dengan potensi anggaran Rp2,5 triliun per tahun. "Jangan sampai peluang sebesar ini hanya jadi tontonan petani lokal," tegasnya.

Dari Prestasi Tani ke Dampak Nyata Desa

Kelompok wanita tani (KWT) dan kelompok tani punya kapasitas besar, tapi selama ini orientasi pertanian sering berhenti di lomba atau penghargaan. Warga butuh hasil nyata, bukan piagam di balai desa.

"Konsistensi pasokan dan inovasi adalah kunci. Produksi mentah saja nggak cukup. Harus ada lompatan ke produk bernilai tambah dan perluasan pasar," kata Budi. Nilai tambah ini bisa bikin ekonomi desa bergerak nyata.

Digitalisasi Jadi Jalan Baru Petani Lokal

Budi mendorong digitalisasi. E-commerce dan media sosial bisa buka pasar lebih luas. Produk dari Sleman, Bantul, atau Gunungkidul bisa sampai ke keranjang belanja Jakarta atau Surabaya.

"Digitalisasi bikin petani tidak lagi terjebak pasar lokal. Produk mereka bisa tembus luar daerah bahkan nasional," jelasnya.

Bukan cuma digital, logistik juga penting. Distribusi tepat waktu dan kualitas terjaga menentukan keberhasilan MBG. Tanpa ini, produk bisa mubazir dan pendapatan petani stagnan.

Kolaborasi pemerintah, swasta, dan petani lokal bisa memperbesar dampak MBG. Pelatihan manajemen, investasi, dan pendampingan pemasaran jadi poin penting.

Program MBG juga punya sisi edukasi. Warga harus paham gizi makanan dan menghargai kerja petani lokal. "Kalau warga paham, mereka bukan cuma makan tapi menghargai usaha petani," kata Budi.

MBG mendorong produksi lokal, membuka lapangan kerja, meningkatkan daya beli desa, dan dampak tak langsung seperti peningkatan pengetahuan gizi jangka panjang.

Ketahanan Pangan Kunci Kedaulatan Bangsa

"Kalau pangan kita berdaulat, tidak perlu bergantung siapa pun. Indonesia punya lahan luas, bisa surplus tanpa impor jika dikelola dengan baik." kata Budi menekankan esensi ketahanan pangan.

Jika MBG dikelola adil, bukan sekadar seremonial, angka stunting turun, ekonomi desa bangkit, dan Jogja bisa jadi model kedaulatan pangan. Momentum ini sayang dilewatkan.

Posting Komentar
Kembali ke atas