Angka Kuliah Rendah, DPRD DIY Minta Pemda Lakukan Litigasi Masalah
Kesenjangan pendidikan di DIY makin terasa. Data terbaru menunjukkan hanya 22,27% warga tamatan SD, 39% lulusan menengah, sisanya putus sekolah. Realita ini bertolak belakang dengan julukan DIY sebagai Kota Pelajar.
Ketua Komisi D DPRD DIY, RB Dwi Wahyu B., mengungkap banyak pemuda DIY tidak melanjutkan kuliah setelah lulus SMA/SMK. Penyebab utamanya adalah kemiskinan dan minimnya dukungan beasiswa yang inklusif.
Angka partisipasi kuliah di DIY hanya 15%. Komisi D menilai ini memprihatinkan, apalagi dengan anggaran pendidikan yang seharusnya cukup besar. Pemerintah perlu melakukan “litigasi masalah” untuk menemukan akar persoalan.
Program Beasiswa Istimewa (Besti) dinilai masih belum menyentuh banyak pihak. Kuota terbatas dan hanya berlaku untuk jenjang D4 di kampus tertentu, membuat pilihan anak-anak DIY jadi terbatas dan tak sesuai minat.
DPRD mendorong MoU beasiswa diperluas ke semua kampus di DIY. Tujuannya agar anak-anak tak dipaksa kuliah di tempat yang tidak sesuai, hanya karena kampus favoritnya tak masuk dalam skema beasiswa pemerintah.
Dwi juga menekankan bahwa parameter kantong kemiskinan tak cukup adil. Banyak warga miskin tinggal di luar zona tersebut dan akhirnya terlewat dari bantuan. Besti seharusnya menyasar semua warga tidak mampu, tanpa diskriminasi zona.
“Jangan main-main dengan urusan pendidikan,” tegas Dwi. Menurutnya, pemerintah harus serius menjawab mengapa anak-anak DIY enggan kuliah. Karena ini bukan sekadar soal biaya, tapi juga soal harapan dan masa depan.