Notifikasi
General

DPRD DIY Gandeng Akademisi untuk Wujudkan Kebijakan Berbasis Inovasi

DPRD DIY tengah menggodok Raperda Riset Invensi dan Inovasi. Eko Suwanto bilang materi workshop UGM dan BRIN jadi referensi penting. Targetnya riset tidak lagi berhenti di menara gading, tapi hadir nyata buat kesejahteraan warga Jogja.

Ringkasan Artikel:

  • DPRD DIY lagi bahas Raperda riset dan inovasi dengan target kesejahteraan warga.
  • Workshop UGM dan BRIN soal biodiversitas jadi referensi penyusunan aturan.
  • Megawati hadir di UGM menanam pohon bodhi simbol riset dan lingkungan.
  • Biodiversitas disebut modal besar jika dipatenkan dan diolah lewat riset.
  • Raperda ditarget rampung 2025 agar Jogja jadi pusat riset inovasi nasional.

DPRD DIY Bahas Raperda Riset Inovasi Demi Sejahterakan Warga Jogja

DPRD DIY lagi sibuk nyiapin Raperda Penyelenggaraan Riset Invensi dan Inovasi Daerah. Ketua Pansus, Eko Suwanto, bilang masukan dari workshop UGM dan BRIN jadi bahan penting. Targetnya kebijakan berbasis riset biar warga Jogja makin sejahtera.

Raperda ini nggak lahir di ruang hampa. Pemerintah butuh dasar hukum kuat agar riset dan inovasi nggak cuma berhenti di kampus. Eko Suwanto yang juga Ketua Komisi A DPRD DIY menegaskan arah kebijakan publik wajib nyambung dengan data riset valid.

Eko optimis regulasi ini bikin DIY jadi role model provinsi berbasis inovasi. “Harapannya kebijakan publik berbasis data riset bisa bawa kesejahteraan rakyat Yogyakarta,” ujarnya. Bahasa kasarnya, bukan lagi teori doang, tapi riset harus turun gunung.

Workshop UGM BRIN Jadi Referensi Penting Penyusunan Raperda DIY

UGM bareng BRIN ngadain workshop soal biodiversitas dan penguatan hak kekayaan intelektual. Acara ini digelar Rabu 1 Oktober 2025 di kampus UGM. Materinya jadi santapan empuk buat DPRD DIY biar nggak nyusun aturan dengan pandangan sempit.

Workshop ini membahas cara kelola kekayaan hayati, hak paten, sampai masa depan riset berkelanjutan. Menurut Eko Suwanto, materi diskusi ini pas banget jadi referensi buat menggarap pasal demi pasal di Raperda yang sekarang lagi mereka godok.

Dengan adanya workshop, DPRD dapat perspektif luas, mulai dari akademisi, peneliti, sampai regulator. Jadi bukan sekadar copy paste aturan pusat, tapi ada konteks lokal yang nyambung dengan kekayaan budaya dan biodiversitas khas Yogyakarta.

Megawati Tanam Pohon Bodhi di UGM Simbol Riset dan Lingkungan

Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri hadir langsung di acara workshop. Sebagai Ketua Dewan Pengarah BRIN, ia menanam pohon bodhi di halaman Balairung UGM. Momen itu simbol kepedulian menjaga bumi sekaligus dorongan kuat buat riset.

Megawati mengulang jejak Bung Karno yang dulu juga menanam pohon bodhi. Pesannya jelas, riset harus bersanding dengan kepedulian lingkungan. “Pohon Bodhi jadi simbol riset, pengetahuan, dan peradaban,” kata Hasto Kristiyanto yang mendampingi.

Menurut Hasto, kunjungan Megawati ke UGM bukan sekadar seremoni. Ada pesan serius soal budaya riset yang wajib dibangun bangsa ini. Kalau riset jalan, inovasi jalan, maka kesejahteraan rakyat bisa naik kelas. Tanpa itu, kita hanya jadi konsumen abadi.

Biodiversitas Jadi Modal Inovasi Ekonomi Lokal dan Hak Kekayaan Intelektual

Indonesia kaya biodiversitas, dari pangan, rempah, hingga obat herbal. Potensi ini sering luput karena minim riset dan lemahnya perlindungan hak paten. Hasto bilang ini bisa jadi modal utama buat bikin rakyat sejahtera asal dikelola dengan benar.

Ia kasih contoh konkret. Rendang bisa dipatenkan, lalu jadi identitas kuliner dunia. Kalau kekayaan hayati lain juga dipatenkan, bukan mustahil produk pengetahuan bangsa bisa jadi komoditas global. Jogja bisa mulai dari biodiversitas lokalnya.

BRIN dan UGM sudah kasih contoh. Di mini expo, mereka pamer hasil riset bahan pewarna alami, produk pangan inovatif, dan teknologi terapan bareng UMKM. Artinya riset bukan cuma catatan jurnal, tapi bisa jadi produk nyata yang dipakai sehari-hari.

Raperda Riset DIY Siap Jadi Solusi Tantangan Inovasi dan Pendanaan

Masalah utama riset di Jogja itu klasik, dana minim dan hasil riset sering nyangkut di rak perpustakaan. Tanpa kebijakan kuat, invensi hebat bakal mandek jadi laporan. Raperda diharapkan jadi jembatan biar riset ketemu dunia nyata.

Eko Suwanto bilang Raperda ini bakal jadi peta jalan. Dengan dasar hukum, riset di Jogja bisa dapat dukungan anggaran lebih besar, sistem perlindungan hak paten yang jelas, dan akses UMKM biar bisa ngolah hasil inovasi. Semua harus jalan bareng.

Harapannya, kultur riset nggak berhenti di kalangan akademisi. Riset harus dibumikan, jadi bagian dari budaya masyarakat. Kalau ini tercapai, DIY bisa jadi pusat inovasi nasional, bukan hanya gudang ide yang menumpuk di ruang seminar.

Raperda Ditarget Rampung 2025 Bikin Jogja Jadi Kota Riset Nasional

Proses penyusunan Raperda sudah masuk tahap serius. DPRD DIY targetkan aturan ini rampung dalam periode pembahasan tahun 2025. Setelah disahkan, regulasi bisa langsung dipakai buat mengatur ekosistem riset dan inovasi di Yogyakarta.

Dampaknya nggak bisa instan. Butuh beberapa tahun biar riset benar-benar terasa manfaatnya bagi warga. Tapi langkah awal ini penting untuk memastikan riset nggak lagi jadi proyek menara gading. Warga berhak rasakan hasil penelitian langsung.

Kalau berhasil, Jogja bakal punya keunggulan unik. Kota ini bukan cuma dikenal budaya dan pariwisatanya, tapi juga sebagai kota riset dan inovasi. Dengan branding itu, DIY bisa menarik investasi, bikin lapangan kerja, dan meningkatkan taraf hidup.

Kembali ke atas