Sultan HB X Ancam Bupati yang Tolak Sinergi Kelola Sampah
Sri Sultan Hamengku Buwono X menggebrak meja virtual para bupati dan wali kota se-DIY. Gubernur ini tak mau lagi daerahnya berkutat dengan paradigma usang: sampah sebagai beban. Di tiga lokasi pembuangan yang ditinjau Selasa (21/10/2025), ia menegaskan sampah harus berubah jadi mesin uang.
“Saya tidak ingin kabupaten dan kota berjalan sendiri-sendiri. Semua harus satu pikiran dan satu langkah,” tegas Sultan di sela peninjauan TPS3R Nitikan 2 (Kota Yogyakarta), ITF Bawuran (Bantul), dan TPST Tamanmartani (Sleman). “Tanggung jawab menyelesaikan masalah sampah ini milik kita bersama.”
Langkah tegas ini bukan sekadar wacana. Proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) telah menunggu realisasi di lahan eks-KPBU Piyungan, Sleman, seluas 5,7 hektare. Proyek bernilai strategis nasional ini menuntut pasokan minimal 1.000 ton sampah per hari. Target operasi: pertengahan atau akhir 2027.
Tapi Sultan tak mau tergesa. “Kami sedang mempertimbangkan apakah akan mengelola sendiri atau menyerahkan kepada pemerintah pusat,” ujarnya, menyiratkan tarik-ulur kewenangan yang kerap mewarnai hubungan pusat-daerah. Meski danAPBN mungkin turun andil, tanggung jawab logistik—seperti armada truk dan infrastruktur pendukung—tetap di pundak pemda.
Kepala DLHK DIY Kusno Wibowo mengonfirmasi, rapat koordinasi sebelum tinjauan lapangan telah menunjukkan komitmen seluruh kepala daerah. Tapi di balik komitmen, ada pekerjaan rumah berat: mengevaluasi TPS yang kerap bermasalah dengan protes warga karena bau, serta meningkatkan kapasitas SDM dan peralatan.
“Selama 18 bulan masa pembangunan, seluruh TPS tetap beroperasi. Tapi kami akan menilai mana yang bisa dilanjutkan, mana yang perlu penyesuaian,” tambah Kusno.
Bagi Sultan, ini lebih dari sekadar proyek infrastruktur. Ini soal cetak biru ekonomi berkelanjutan. “Kalau DIY bersih, pariwisata akan berkembang dan ekonomi daerah ikut menggeliat,” tandasnya. Sampah, dalam visinya, bukan lagi momok, melainkan peluang investasi yang selama ini terbuang percuma.
Kini, bola ada di lapangan para bupati dan wali kota. Bersatu atau tenggelam dalam timbunan sampah sendiri.





