korporat
Ekspos Jogja lahir dari keresahan yang lama kami pendam, rasa bosan pada berita yang kaku dan dingin seperti laporan cuaca di Senin pagi. Sejak hari pertama kami percaya satu hal sederhana, informasi harus jujur dan jelas, tetapi juga enak dibaca. Dari gang kecil yang sunyi sampai gedung besar yang sibuk, kami berjalan pelan namun pasti, meliput dengan mata yang awas dan lidah yang kadang sengaja usil agar cerita tidak terasa hambar.
Perjalanan kami bermula di ruang kerja yang sempit, meja bekas, koneksi internet yang naik turun, tapi tekad tidak pernah turun. Pagi kami mengejar jadwal pejabat, siang kami menyimak rapat yang panjang, sore kami menepi di pantai atau museum, malam kami duduk di angkringan sambil mencatat saran warga. Ritme itu membentuk kebiasaan baik, bahwa setiap peristiwa punya cerita di baliknya, dan setiap cerita punya rasa yang perlu diterjemahkan.
Kami menempatkan akurasi sebagai pagar, verifikasi sebagai pintu, dan empati sebagai halaman depan. Sebelum kisah tayang, naskah melewati mata editor yang telaten, foto dirapikan, video disusun, angka diperiksa kembali. Jika keliru, kami memilih mengakuinya, karena kepercayaan pembaca lebih berharga daripada gengsi redaksi. Transparansi bukan slogan, melainkan cara hidup yang kami rawat dari hari ke hari.
Gaya bertutur kami santai, dekat, dan tetap rapi. Kami senang memakai bahasa yang membumi agar isu yang rumit terasa masuk akal. Sesekali kami menyelipkan humor, tidak untuk bercanda tanpa arah, melainkan untuk mengendurkan dahi pembaca yang lelah menatap layar. Kami ingin pembaca merasa diajak ngobrol, bukan digurui, merasa ditemani, bukan diseret menuju kesimpulan yang dipaksakan.
Lini liputan kami meluas mengikuti nadi kota. Wisata dan kuliner hadir bersama hotel dan otomotif, seni dan budaya berjalan berdampingan dengan kebijakan publik dan ekonomi kreatif. Kami tidak hanya menuliskan apa yang terjadi, kami mencoba menjelaskan mengapa itu penting, siapa yang terdampak, dan ke mana arah ceritanya bergerak. Di sini laporan tidak berhenti pada tanggal dan tempat, laporan bergerak menuju konteks dan makna.
Redaksi Ekspos Jogja bekerja seperti orkes kecil yang tekun. Reporter menyusun temuan lapangan, editor menimbang sudut pandang, Teksisfo menghidupkan visual, Ristiban membuat angka bicara. Di tengah tumpukan catatan masih ada tawa kecil dan perdebatan hangat tentang satu kata yang pantas, karena kami percaya detail menentukan mutu, dan mutu menentukan nasib cerita.
Ekspos Jogja hadir di banyak layar, tetapi tetap satu suara. Situs menjadi rumah, newsletter menjadi sapaan, media sosial menjadi ruang percakapan. Kami ingin cerita sampai kepada pembaca yang sedang rebahan, kepada pekerja yang menunggu bus sore, kepada perantau yang rindu halaman rumah. Jangkauan yang tumbuh kami jaga dengan ritme yang konsisten, agar hubungan dengan pembaca tidak sekadar singgah, melainkan pulang kembali.
Untuk mitra dan pelaku usaha kami menawarkan kerja kolaboratif yang rapi. Tulisan promosi disusun seperti artikel editorial agar tetap enak dibaca, liputan khusus dikawal riset agar pesannya kuat, publikasi kegiatan diolah dari pra acara hingga setelahnya agar jejaknya jelas. Setiap kerja sama diberi penanda yang tegas, karena batas antara redaksi dan komersial harus terang, bukan abu abu.
Kami pun menjaga tata kelola dengan disiplin. Sumber dilindungi, hak jawab dihormati, hak cipta dijaga, data pembaca dirawat. Keberagaman kami tempatkan sebagai kekuatan, sebab kota ini tumbuh dari banyak suara dan banyak cara memandang. Kebijakan dan pedoman tidak hanya tertulis di dinding, pedoman dipakai saat penugasan, saat penyuntingan, dan saat kami meminta maaf bila perlu.
Pada akhirnya kami kembali ke alasan awal, Jogja adalah pusat cerita. Dari sudut Malioboro hingga tepian Kali Code, dari pasar pagi yang riuh hingga ruang rapat yang hening, selalu ada kisah yang pantas disampaikan dengan baik. Kami akan terus menulis, memotret, dan merekam, sambil menjaga nada hangat yang menjadi ciri kami. Kami ingin berita tidak hanya dibaca dalam satu gulir, kami ingin cerita diingat dan diperbincangkan tanpa tergesa.
Bagi pembaca, terima kasih sudah memberi ruang di layar dan di hati. Bagi mitra, mari berbincang tentang gagasan yang bermakna dan hasil yang terukur. Bagi talenta muda, pintu redaksi selalu terbuka bagi yang ingin belajar dan bekerja dengan hati. Ekspos Jogja akan terus melaju, setia pada fakta, setia pada rasa, setia pada kota yang kami cintai.
Perjalanan kami bermula di ruang kerja yang sempit, meja bekas, koneksi internet yang naik turun, tapi tekad tidak pernah turun. Pagi kami mengejar jadwal pejabat, siang kami menyimak rapat yang panjang, sore kami menepi di pantai atau museum, malam kami duduk di angkringan sambil mencatat saran warga. Ritme itu membentuk kebiasaan baik, bahwa setiap peristiwa punya cerita di baliknya, dan setiap cerita punya rasa yang perlu diterjemahkan.
Kami menempatkan akurasi sebagai pagar, verifikasi sebagai pintu, dan empati sebagai halaman depan. Sebelum kisah tayang, naskah melewati mata editor yang telaten, foto dirapikan, video disusun, angka diperiksa kembali. Jika keliru, kami memilih mengakuinya, karena kepercayaan pembaca lebih berharga daripada gengsi redaksi. Transparansi bukan slogan, melainkan cara hidup yang kami rawat dari hari ke hari.
Gaya bertutur kami santai, dekat, dan tetap rapi. Kami senang memakai bahasa yang membumi agar isu yang rumit terasa masuk akal. Sesekali kami menyelipkan humor, tidak untuk bercanda tanpa arah, melainkan untuk mengendurkan dahi pembaca yang lelah menatap layar. Kami ingin pembaca merasa diajak ngobrol, bukan digurui, merasa ditemani, bukan diseret menuju kesimpulan yang dipaksakan.
Lini liputan kami meluas mengikuti nadi kota. Wisata dan kuliner hadir bersama hotel dan otomotif, seni dan budaya berjalan berdampingan dengan kebijakan publik dan ekonomi kreatif. Kami tidak hanya menuliskan apa yang terjadi, kami mencoba menjelaskan mengapa itu penting, siapa yang terdampak, dan ke mana arah ceritanya bergerak. Di sini laporan tidak berhenti pada tanggal dan tempat, laporan bergerak menuju konteks dan makna.
Redaksi Ekspos Jogja bekerja seperti orkes kecil yang tekun. Reporter menyusun temuan lapangan, editor menimbang sudut pandang, Teksisfo menghidupkan visual, Ristiban membuat angka bicara. Di tengah tumpukan catatan masih ada tawa kecil dan perdebatan hangat tentang satu kata yang pantas, karena kami percaya detail menentukan mutu, dan mutu menentukan nasib cerita.
Ekspos Jogja hadir di banyak layar, tetapi tetap satu suara. Situs menjadi rumah, newsletter menjadi sapaan, media sosial menjadi ruang percakapan. Kami ingin cerita sampai kepada pembaca yang sedang rebahan, kepada pekerja yang menunggu bus sore, kepada perantau yang rindu halaman rumah. Jangkauan yang tumbuh kami jaga dengan ritme yang konsisten, agar hubungan dengan pembaca tidak sekadar singgah, melainkan pulang kembali.
Untuk mitra dan pelaku usaha kami menawarkan kerja kolaboratif yang rapi. Tulisan promosi disusun seperti artikel editorial agar tetap enak dibaca, liputan khusus dikawal riset agar pesannya kuat, publikasi kegiatan diolah dari pra acara hingga setelahnya agar jejaknya jelas. Setiap kerja sama diberi penanda yang tegas, karena batas antara redaksi dan komersial harus terang, bukan abu abu.
Kami pun menjaga tata kelola dengan disiplin. Sumber dilindungi, hak jawab dihormati, hak cipta dijaga, data pembaca dirawat. Keberagaman kami tempatkan sebagai kekuatan, sebab kota ini tumbuh dari banyak suara dan banyak cara memandang. Kebijakan dan pedoman tidak hanya tertulis di dinding, pedoman dipakai saat penugasan, saat penyuntingan, dan saat kami meminta maaf bila perlu.
Pada akhirnya kami kembali ke alasan awal, Jogja adalah pusat cerita. Dari sudut Malioboro hingga tepian Kali Code, dari pasar pagi yang riuh hingga ruang rapat yang hening, selalu ada kisah yang pantas disampaikan dengan baik. Kami akan terus menulis, memotret, dan merekam, sambil menjaga nada hangat yang menjadi ciri kami. Kami ingin berita tidak hanya dibaca dalam satu gulir, kami ingin cerita diingat dan diperbincangkan tanpa tergesa.
Bagi pembaca, terima kasih sudah memberi ruang di layar dan di hati. Bagi mitra, mari berbincang tentang gagasan yang bermakna dan hasil yang terukur. Bagi talenta muda, pintu redaksi selalu terbuka bagi yang ingin belajar dan bekerja dengan hati. Ekspos Jogja akan terus melaju, setia pada fakta, setia pada rasa, setia pada kota yang kami cintai.